MACAN TUTUL HOME CENTER
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Hiperaktifkah Anak Anda?

Go down

Hiperaktifkah Anak Anda? Empty Hiperaktifkah Anak Anda?

Post  trully-violet Sun 17 Jan - 5:58

MENGHADAPI anak hiperaktif saat sedang emosi memang lebih sulit dibandingkan dengan anak normal. Namun, bukan berarti anak hiperaktif tidak bisa ditenangkan.

Orangtua pasti khawatir apabila anak sangat aktif, sulit diatur, keras kepala, galak, atau nakal sekali. Berbagai cara dilakukan agar anak tersebut bisa menjadi ”lebih baik”. Benarkah anak kita termasuk hiperaktif? Bagaimana tanda-tanda anak hiperaktif tersebut? Dalam psikologi terdapat apa yang namanya anak penderita Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD). ADHD didefinisikan sebagai anak yang mengalami defisiensi dalam perhatian, tidak dapat menerima impuls-impuls dengan baik, suka melakukan gerakangerakan yang tidak terkontrol, dan menjadi lebih hiperaktif.

Di Amerika Serikat (AS), sekitar 2–10 persen populasi anak sekolah menderita ADHD. Sementara di Indonesia, dalam populasi anak sekolah, ada 2–4 persen anak yang menderita ADHD. Namun di kota-kota besar, seperti Jakarta, persentasenya bisa lebih tinggi lagi. Minimal ada lebih dari 10 persen anak penderita ADHD. Dan yang agak memprihatinkan, diperkirakan akan ada sekitar 7.000 kasus baru setiap tahunnya.

Para pakar psikologi dunia memberikan beberapa pengertian dari hiperaktif, di antaranya Erick Taylor, mengatakan bahwa hiperaktif adalah sebuah pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mandiri, tidak menaruh perhatian, dan impulsif.

Sementara itu, James Dobson dalam bukunya Kendalikan Selagi Mampu merumuskan pengertian anak hiperaktif (disebut juga hiperkinensis, kelainan kecil pada otak, kelainan impuls, dan sedikitnya ada tiga puluh istilah lainnya) didefinisikan sebagai gerakan yang berlebihan dan tidak terkendali.

Lalu, kapan anak disebut hiperaktif? Terus terang, tidak ada alat ukur yang bersifat objektif dan tegas untuk menentukannya. Karena itu, para ahli sepakat menentukan sejumlah kriteria yang menjadi ciri khas. Dan sebelum memastikannya, akan dilakukan diagnosis berdasarkan panduan sejumlah kriteria yang dibuat Perhimpunan Psikiater Anak di AS, yakni Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM). Yang terbaru saat ini adalah DSM Seri 4.

Untuk gampangnya, ADHD bisa digolongkan menjadi beberapa tipe. Kalau anak memiliki kriteria konsentrasi buruk dan hiperaktif, gangguannya disebut ADHD tipe kombinasi. Jika kriterianya sulit berkonsentrasi, anak termasuk penderita ADHD tipe sulit konsentrasi. Lalu, anak yang menunjukkan perilaku hiperaktif dan impulsif saja tergolong sebagai penderita ADHD hiperaktif-impulsif.

Sampai saat inibelum ada yang memastikan apa penyebab dari hiperaktif. Bisa faktor genetik, lingkungan, atau gangguan secara medis. Makanan yang mengandung pengawet dan pewarna buatan juga disinyalir sebagai biang keladinya. Berdasarkan penelitian para ahli, makanan dengan kandungan gula atau karbohidrat sulingan berkadar tinggi, seperti nasi putih atau berbagai produk olahan tepung, dapat membuat kadar gula darah anjlok sehingga memengaruhi mood.

Jenis makanan tersebut memicu pelepasan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol, yang menimbulkan perasaan gelisah. Selain itu, berdasarkan sebuah studi yang dipublikasikan dalam The Lancet, Pediatrics dan Journal of Pediatrics, zat penambah rasa serta pewarna dan pemanis buatan dalam makanan bisa mendorong nervous system menjadi terlampau aktif. Oleh karena itu, sebaiknya jauhkan sang buah hati dari makanan instan atau frozen food yang banyak mengandung senyawa tersebut.

Beberapa pengaruh dari luar dirinya seperti pengaruh keluarga, lingkungan dan sekolah juga bisa memperburuk keadaan anak. Berdasarkan penelitian, ternyata ada hubungan antara anak-anak hiperaktif dan mereka yang pernah menghuni lembaga pemasyarakatan. Kebanyakan yang tinggal di kawasan itu, masa kecilnya mengalami hiperaktif. Mereka memiliki kenangan yang menyakitkan ketika di sekolah.

Ini akibat mereka tak ditangani sejak dini. Mereka tumbuh dan berperilaku merugikan dirinya ataupun orang lain. Karena gangguan ini tak mampu disembuhkan, orangtua dan pendidik harus berusaha kuat membantu mereka dan perlu dibantu sejak dini sehingga mereka bisa belajar mengatur hidup, mengatasi frustrasi dan kelemahan-kelemahannya.

Karena penyebabnya memiliki kemungkinan sangat banyak, penanganannya pun harus lebih hatihati. Semakin cepat ditangani akan semakin baik. Beberapa metode yang bisa dilakukan orangtua adalah metode bercerita, metode pekerjaan tangan, metode bermain.

Beberapa hal yang sebaiknya dilakukan orangtua pada anak hiperaktif di antaranya ke dokter agar diberi obat tertentu untuk mengurangi hiperaktivitas, pendisiplinan tingkah laku di rumah dan sekolah, anak diikutsertakan kegiatan fisik terutama yang bersifat kompetitif seperti berenang, olahraga bela diri, aerobik, sepatu roda.

Selain itu dibutuhkan keterampilan bergaul, keterampilan menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari, orangtua dan anggota keluarga harus memahami gangguan yang terjadi pada di hiperaktif sehingga bisa sama-sama menerima dan melatihnya.

Sekali lagi, penting sekali penangan anak hiperaktif sejak dini, karena hiperaktif dan gangguan perhatian bukan suatu gangguan yang dapat disembuhkan sepenuhnya. Anak-anak hiperaktif bisa tumbuh menjadi orang dewasa yang berhasil, tapi ada pula yang sebaliknya hal ini terjadi karena tak ditangani sejak dini.

Bimbinglah si hiperaktif ini menemukan keunggulan atau kekuatan sehingga mereka terlatih menghargai diri pribadi yang memiliki keunikan, yaitu kelebihan dan kekurangan. Jika tidak diberikan bantuan, anak akan berulang kali terperangkap pada lingkaran kegagalan, frustrasi, rendah diri, dan akan membuat dirinya selalu bermasalah.

Bahkan, sejumlah penelitian menunjukkan anak hiperaktif yang sulit memusatkan perhatian ini lebih cenderung memiliki gaya hidup kurang sehat, seperti merokok, minum alkohol, dan menyalahgunakan obat-obatan nantinya.

Psikolog Brooke Molina dari University of Pittsburgh School of Medicine dan William Pelham dari The State University of New York di Buffalo, dalam penelitian yang dipublikasikan Journal of Abnormal Psychology, meneliti 142 anak berusia 13–18 yang didiagnosis ADHD dibandingkan dengan 100 anak tanpa ADHD.
trully-violet
trully-violet
agreditasi

Posts : 15
Join date : 2010-01-15
Location : manado

Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum